Monday, May 28, 2018

Ancol, 2018

Jika kalian mendengar kata Ancol, yang terbersit dibenak kalian adalah apa? Hehe, kalau saya langsung mengingat masa kecil saya. Jadi Ancol dan Dufan merupakan tempat yang mempunyai banyak kenangan untuk saya dan kedua kakak saya. Dulu, orang tua kami sering sekali mengajak menginap di Hotel Horison, kemudian berenang dan bermain ke pantai. Dan tidak lupa mampir ke Pasar Seni, untuk melihat beberapa hasil kerajinan tangan para seniman yang sudah puluhan tahun berada disana.

Nah, weekend kemarin, saya, suami dan kedua orang tua saya bertandang ke Ancol kembali. Kalau tidak salah terakhir saya ke sana sekitar 3 tahun yang lalu. Kami menginap di Hotel Mercure (dulunya Hotel Horison, hehe), yang dimana memang merupakan hotel favorit kami di Ancol. Kalau untuk pelayanan disana sih sudah tidak diragukan lagi bagusnya. Kamar dan makanannya pun selalu memuaskan.

Tapi yang membuat saya selalu senang kembali ke sana adalah melakukan sight seeing. Jalan-jalan menyusuri pantai, ke pasar seni, bahkan hanya sekedar jalan ke taman yang berada disekitar kolam renang pun sudah membuat saya senang bukan kepalang. Membuat saya semakin ingat akan memori masa kecil. 






Sabtu sore kami mampir ke Pasar Seni untuk melihat beberapa lukisan yang menurut saya banyak sekali yang bagus. Lukisan abstrak, kontemporer bahkan kerajinan tangan seperti hiasan yang dibuat dari kerang, patung yang dibuat dari lilitan tali, dan sebagainya. Namun disana terlihat sangat sepi. Mungkin karena sedang bulan puasa, ya.




Setelah puas berjalan-jalan di Pasar Seni (dengan menahan rasa haus dan lapar, hehe), kami pindah ke danau Taman Ancol untuk melihat monumen yang sudah berusian 40 tahun-an itu. Monumen tersebut berbentuk tiga pilar yang menjulang tinggi, dan disetiap pilar tersebut terdapat beberapa pesan yang sangat mengena dihati.

“Padamu yang bakal lahir dan tumbuh di pangkuan Pertiwi ini berkumandang doa dan harapan suci semoga cahaya pikir dan daya raga sepanjang usiamu ikhlas berdiri menjaga melindungi taman impian ini dimana insan bertemu muka bertatap jiwa melepas dahaga sukma dan membuang rindu pada sesama pada alam wajah semesta. Padamu yang akan terlahir dalam zaman sambunglah darah kehidupan kami kebun penyemai keindahan perabuk jiwa kelembutan penyegar jiwa pengabdian yang tumbuh di sini di pantai emas ini di muara sejarah Jakarta Jantung Perkasa Peradaban Indonesia. Melalui Monumen ini kami persembahkan ungkapan hati-nurani kami kepada rakyat Jakarta dan Bangsa Indonesia" (Ali Sadikin, Jakarta Juli 1977)







Saat berbuka puasa, kami makan di restaurant The Pier, yang lokasinya tidak jauh dari danau Taman Ancol tersebut. Suasana nya seperti sedang naik kapal, hehe. 

Senang rasanya bisa kembali ke Ancol bersama orang-orang tersayang. Merupakan pilihan yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama tanpa harus melihat keramaian seperti di Mall atau pusat hiburan lainnya. Ancol merupakan tempat yang sangat tenang dan nyaman.

Jika kalian ke Ancol, jangan lupa puas-puasin berjalan-jalan diseputaran danau Taman Ancol ya, karena pasti sangat menyenagkan sekali ☺

Love,
Girl With An Attitude












No comments: